Kapan anda terakhir kali mendengar tembang Macapat? Tembang macapat adalah puisi tradisional Jawa yang dilagukan.
Jika Anda ada di Semarang dan belum punya rencana di akhir pekan ini, tak ada ruginya Anda menyaksikan pementasan Macapat di Joglo Ki Penjawi, Salatiga, Sabtu (30/4/2016) malam.
Pementasan yang akan di tampilkan adalah Macapat Megatruh. Pementasan tersebut akan dilakukan oleh Prawoto Susilo Aji (tokoh seniman asal Banyubiru, Kabupaten Semarang) bersama timnya.
Tembang Macapat Megatruh merupakan salah satu tembang macapat yang menggambarkan tentang kondisi manusia di saat sakratul maut.
Kata “megatruh” sendiri dipercaya berasal dari kata “megat” atau “pegat” dan “ruh”, yang artinya berpisahnya antara jiwa dan raga.
Pentas Macapat Megatruh ini terbilang istimewa sebab pementasannya akan dikolaborasikan dengan pertunjukan teatrikal.
Terlebih lagi, lokasi pementasannya sendiri, bernuansa kuno dengan suasana joglo tahun 1900-an dari berbagai daerah di Jawa. Mulai dari daerah Ambarawa, Pati, Kudus, dengan latar belakang pemandangan Gunung Merapi, Merbabu dan Gunung Telomoyo.
Dengan mementaskan Macapat Megatruh ini tentunya diharapkan warga di Kota Salatiga agar senantiasa eling lan waspada dalam menjalani kehidupan.
Lirik dari tembang Megatruh yang mengelu-elukan kedatangan malaikat, di mana saat jiwa akan diangkat, di mana raga ditinggalkan untuk dirawat oleh sekalian keluarga dan kerabat diharapkan mengingatkan kita semua tentang alam yang kekal, yakni di akhirat kelak.
Megatruh tidak untuk ditakuti, tetapi bersiap diri untuk selalu menebar kebaikan serta beramal sebagai penolong dalam menghadapi kematian kelak.
Itulah yang akan disajikan dalam petas Megatruh. Sebagai manusia, semua bakal kembali kepada Yang Maha Kuasa. Seusai pementasan, juga akan gelar diskusi tentang berkehidupan di Salatiga. Tak terkecuali situasi yang memanas menjelang Pilkada 2017.
Sementara itu Prawoto Susilo Aji, tokoh seniman asal Banyubiru, Kabupaten Semarang yang akan mementaskan Macapat Megatruh mengatakan, dalam pementasan itu, pihaknya akan berkolaborasi dengan Sugiarti, pemusik lesung dan Aufa, si penembang cilik macapat. Keduanya dari Banyubiru, Kabupaten Semarang.
Ini bagian dari usaha nguri-nguri budaya Jawa. Dan konsepnya nyawiji, jadi antara penampil dengan penikmat menyatu duduk lesehan, tidak ada yang menjadi tamu spesial, semua sama kedudukannya.
Jadi bagaimana menurut Anda? Jika tertarik datanglah ke Joglo Ki Penjawi, Jl. Ki Penjawi No. 14, Sidorejo Lor, Salatiga, Jawa Tengah.