Beberapa orang terlihat mengantre masuk di Pangkalan Komando Armada RI Kawasan Timur TNI Angkatan Laut, Ujung Surabaya, Jawa Timur, Jumat (5/2/2016). Setelah mengisi daftar isi mereka mendapatkan topi hitam dengan tulisan KRI Makasar.
Salah satu anggota angkatan laut dengan ramah memberikan petunjuk kepada peserta. Semua peserta bisa langsung menuju kapal dan naik melalui tangga samping. Kamar peserta terdapat di lantai G dan F. Setiap pintu kamar terdapat nomor yang sesuai dengan milik penumpang.
Sesuai dengan data penumpang ada 209 orang yang ikut dalam Sail Journalis yang digelar dalam rangka memperingati Hari Pers Nasional. Mereka menumpang KRI Makassar dari Surabaya menuju Lombok dan bertolak pada pukul 10.30 WIB.
Perjalanan menuju Lombok dari Surabaya sekitar 24 jam. Pada Sabtu siang kapal sudah merapat di Pelabuhan Lembar di Lombok.
Pelayaran tersebut bebas dari sampah plastik dan melarang keras peserta membuang sampah di laut. KRI Makassar merupakan jenis LPD (Landing Platform Dock) dan dibuat di Korea Selatan pada tahun 2007.
Kapal yang memiliki berat bersih 2.800 ton dan tinggi 11,3 meter, lebar 22 meter dan panjang 125 meter bisa mengangkut 600 penumpang, termasuk juga awak kapal, 22 kendaraan tempur, 15 truk dan 3 helikopter.
Kapal KRI ini sudah mengarungi seluruh perairan di Indonesia dan difungsikan untuk operasi kemanusiaan serta penanggulangan bencana alam.
Di dalam KRI ada beberapa barak yang berisi tempat tidur susun. Seperti di kamar G 10, terdapat 26 ranjang susun yang dilengkapi kasur, bantal, lampu, charger, dan juga laci untuk menyimpang barang. Seluruh kamar dan ruangan juga di lengkapi dengan pendingin ruangan.
Terdapat juru masak yang jumlahnya disesuaikan dengan jumlah penumpang kapal. Terdapat tempat makan dan lounge room untuk prajurit. Menu yang disajikan adalah menu rumahan dengan lauk ayam, tempe, telur, sayur dan buah buahan.
Untuk kamar mandi umum disediakan di setiap tingkat dan terpisah antara kamar mandi dan toilet. Tidak perlu khawatir, air yang digunakan di kamar mandi adalah air tawar dan juga disediakan air panas dengan pancuran di masing-masing kamar mandi yang dipisah dengan sekat dan dilengkapi dengan mesin cuci.
Sementara itu juga terdapat landasan helikopter yang difungsikan untuk sholat Jumat dan juga digunakan penumpang untuk menghirup udara bebas.
Disetiap ruangan terdapat larangan dilarang merokok. Penumpang hanya diperbolehkan merokok di luar, itu pun puntungnya dilarang dibuang di laut.
Pada malam hari, landasan helikopter disulap menjadi panggung untuk bermain musik dan stand up comedy. Sementara di geladak F khusus untuk perwira. Terdapat juga lounge perwira yang nyaman dan dilengkapi dengan televisi layar besar dan sound system yang canggih.
Pada Sail Journalis , longue perwira digunakan untuk diskusi Kemaritiman dengan tema “Membedah Posisi Indonesia dalam Persaingan Maritim dunia” dengan mediator jurnalis senior Arswendo Atmowiloto.
Pembicara yang hadir adalah Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara serta Farouk Muhammad, Wakil Ketua DPD RI. Sementara Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo yang juga menjadi pembicara menyusul KRI Makassar dengan helikopter setelah empat jam perjalanan.
Sabtu, 6 Februari 2016, pengumuman dari pengeras suara terdengar di seluruh ruangan mengarahkan agar peserta Sail Journalis menuju ke bagian dek kapal dengan membawa barang bawaan karena KRI Makassar sudah berlabuh di Pelabuhan Lembar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.
Setiap peserta mendapatkan life jacket dan dipersilahkan untuk masuk kapal kecil yang berada di lambung kapal yang sudah dialiri air laut. Kapal tersebut yang membawa para penumpang merapat ke Pelabuhan Lembar.
Bagian belakang sengaja ditenggelamkan agar kapal yang lebih kecil bisa keluar dari lambung. KRI Makassar tidak bisa merapat ke pelabuhan karena kedalamannya kurang.
Perjalanan dari tempat berlabuh KRI Makassar menuju Pelabuhan Lembar kurang dari 20 menit. Setelah 24 jam di atas KRI Makassar akhirnya peserta Sail Journalis menginjakkan kaki di Pulau Lombok disambut dengan gendang beleq. Selamat datang di “Pulau Seribu Masjid”.