Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) tengah meningkatkan kualitas sumber daya manusia di lingkungan setempat untuk mempelajari sebaran abu vulkanik yang tidak terdeteksi satelit di udara.
Saat sedang dicoba untuk mengembangkan diri dengan belajar mendeteksi lebih detail yang mana awan dan yang mana abu.
Sejumlah tenaga ahli dikirim ke Jepang karena saat ini satelit Himawari yang berasal dari negara itu sedang mempelajari perbedaan awan dan abu di udara ketika ada erupsi gunung berapi.
Meski satelit Himawari memiliki keakuratan dalam mendeteksi abu vulkanik namun apabila abu masuk atau tertutup awan, maka hal itu sulit dideteksi.
Tidak hanya itu, sebaran abu vulkanik yang tidak terlalu tinggi juga sulit dideteksi oleh satelit Himawari VIII yang digunakan oleh Indonesia dan beberapa negara lainnya.
Sehingga hal tersebut kerap kali menjadi tantangan para petugas dalam mendeteksi abu vulkanik yang membahayakan bagi dunia penerbangan.
Apabila debu vulkanik tersebut masuk ke mesin pesawat, maka hal tersebut bisa berakibat fatal yakni membuat mesin mati. Jika masuk kedalam sistem mesin maka akan mengganggu kinerja mesin. Dan menyebabkan mesin bisa mati.
Beberapa tahun lalu, dunia masih mengingat dengan peristiwa pesawat British Airways yang mesinnya kemasukan debu vulkanik Gunung Galunggung.
Namun seluruh penumpang dan awak pesawat selamat setelah pesawat tersebut berhasil mendarat darurat di Jakarta.
Indonesia sendiri sebagai bagian dari cincin api dunia memiliki 128 gunung berapi yang masih aktif dan kemungkinan besar berpotensi meletus.