Bojonegoro dan Bengawan Solo adalah dua nama yang tak bisa dipisahkan, keduanya saling bersinergi. Air dari aliran sungai Bengawan Solo yang melintasi kabupaten Bojonegoro sering membawa berkah tersendiri kepada warga sekitar yang membutuhkan air untuk lahan pertanian atau keperluan lainnya. Tak jarang pula Bengawan Solo memberikan bencana banjir yang pernah menenggelamkan sudut-sudut kota. Sebuah kenangan yang tak terlupakan di pergantian tahun 2007-2008.
Kini warga Bojonegoro bisa lebih positif memaknai apapun yang di berikan Bengawan Solo. Dan sebagai bentuk penghormatan dan kecintaan warga kepada Bengawan Solo, warga Bojonegoro yang difasilitasi pemerintah setempat, membuat sebuah persembahan berupa acara yang diberi nama “Festival Bengawan Bojonegoro”. Event ini memasuki tahun kedua, dan menjadi agenda rutin yang selalu dilaksanakan tiap tahunnya. Berbagai event digelar di Festival tersebut, dari pawai perahu hias, lomba renang menyebrangi Bengawan Solo, lomba layang-layang hias, dan ditutup dengan pentas seni serta pelepasan lampion di sungai Bengawan Solo. Festival Bengawan Bojonegoro ini merupakan satu dari rangkaian panjang acara hari jadi kota Bojonegoro.
Festival Bengawan Bojonegoro diawali dengan ritual ider-ider pada 1 hari sebelum event berlangsung, yaitu melakukan salam penghormatan kepada “penguasa” Bengawan Solo dengan melintasi sungai tersebut sembari membawa tumpeng dan membunyikan alat musik gamelan. Ritual ider-ider ini merupakan penanda dimulainya rangakaian acara di Festival Bengawan Bojonegoro di kabupaten Bojonegoro. Ada dua titik tempat yang dijadikan pusat dari pagelaran tahunan Festival Bengawan Bojonegoro, pertama adalah Bendungan Gerak di desa Ngringinrejo, Kalitidu dan Taman Bengawan Solo, yang berada di kota Bojonegoro. Bendungan Gerak menjadi pusat kegiatan, sedangkan Taman Bengawan Solo atau TBS dijadikan sebagai tempat penutupan acara. Antusiasme warga menyambut Festival Bengawan Bojonegoro ini sungguh luar biasa. Ribuan orang berkumpul untuk menyaksikan dan meramaikan acara tahunan ini.
Festival dimulai dengan berbagai lomba, dari lomba menangkap bebek, Festival layang-layang hingga lomba berenang menyebrangi sungai Bengawan Solo. Puluhan layang-layang dari peserta lomba menghiasi langit di area Bendungan Gerak. Terik panas matahari tak menyiutkan nyali para peserta dan penontonnya. Decak kagum terlihat di raut wajah para penonton ketika melihat berbagai macam bentuk layang-layang yang diterbangkan oleh para peserta lomba. Menjelang siang, persiapan pawai perahu hias mulai dilakukan. Pawai perahu hias akan dimulai dari Bendungan Gerak dan berakhir di Taman Bengawan Solo. Berbagai macam perahu hias yang dibuat dari perahu getek yang sering digunakan warga di bantaran sungai Bengawan Solo sebagai alat transportasi siap diberangkatkan. Puluhan peserta pawai perahu hias dari intansi pemerintah dan warga umum akhirnya diberangkatkan pada pukul 14.00 waktu setempat.
Ribuan warga sudah memenuhi beberapa tempat di pinggiran kali Bengawan Solo untuk menyaksikan perahu hias yang akan melewati aliran sungai Bengawan Solo dari Kalitidu, Trucuk, Tulung, Ledok dan berakhir di daerah TBS. Warga yang menyaksikan disuguhi dengan berbagai macam bentuk perahu hias yang unik dan menarik. Beberapa peserta pawai perahu hias juga menampilkan atraksi seperti tari-tarian, musik tradisional bahkan sandur. Tak jarang warga yang menonton pawai perahu hias dalam rangka Festival Bengawan Bojonegoro ini memberikan tepuk tangan kepada para peserta perahu hias yang menampilkan aksi menarik.
Sore hari sekitar jam 16.30 waktu setempat, rombongan pawai perahu hias sudah sampai di bagian sungai Bengawan Solo yang membelah kawasan TBS dan desa Banjarsari. Ratusan warga di TBS dan Banjarsari yang sudah menunggu sedari siang kini bisa menikmati suguhan menarik dari para peserta pawai perahu hias. Satu persatu rombongan peserta pawai hias menunjukkan aksinya di garis finish. Riuh rendah para penonton menghiasi suasana sore itu. Hingga senja datang, para warga Bojonegoro masih memadati kawasan TBS dan pinggiran kali di desa Banjarsari untuk menikmati pagelaran setahun sekali tersebut dengan penuh khidmat.
Festival Bengawan Bojonegoro ini ditutup dengan pelaksanaan event Kambangan Damar Kurung, yaitu pelepasan ratusan lampion hias yang akan menyusuri aliran sungai Bengawan Solo, dari jembatan bambu di desa Ledok Kulon dan berakhir di Taman Bengawan Solo. Kambangan Damar Kurung ini mulai dilaksanakan setelah maghrib dan langsung disambung dengan kegiatan penyerahan hadiah lomba kepada para pemenang pada Festival Bengawan Solo di Bendungan Gerak Kalitidu. Penyerahan hadiah dan piala dipimpin langsung oleh bupati kabupaten Bojonegoro, Suyoto atau kerap dipanggil dengan kang Yoto.
Penutupan Festival Bengawan Bojonegoro juga dimeriahkan oleh para seniman Bojonegoro. Panggung kecil di pinggir kali Bengawan Solo menjadi tempat para seniman asli kota Ledre untuk menunjukkan aksinya, seperti membacakan puisi tentang Bengawan Solo dan menyanyikan lagu yang juga bertemakan sungai Bengawan Solo. Bengawan Solo adalah salah satu simbol dari kota Bojonegoro. Festival Bengawan Bojonegoro adalah bentuk persembahan kecil juga ungkapan rasa cinta, kagum dan syukur, dari warga Bojonegoro kepada sungai Bengawan Solo, atas keagungan sungai Bengawan Solo yang memberikan penghidupan kepada warga Bojonegoro. Penasaran dengan kemeriahan event Festival Bengawan Bojonegoro??? yuk main ke Kota Bojonegoro di event Festival Bengawan Bojonegoro tahun depan.
Response (1)