Kabupaten Karangasem, Bali, tengah mempersiapkan diri untuk menjadi destinasi wisata kota pusaka, dengan menempatkan puri-puri peninggalan zaman kerajaan sebagai pusat kebudayaan.
Destinasi wisata di Karangasem mayoritas ialah obyek pusaka. Terdapat puri, desa kuno, pemandangan indah atau peninggalan bersejarah lainnya.
Ada sejumlah puri yang tengah penjajakan untuk menjalin “memorandum of understanding” (MoU) antara pemerintah daerah dengan keluarga pemiliknya.
Puri di Kabupaten Karangasem yang dibidik menjadi obyek wisata kota pusaka antara lain adalah Puri Gede, Agung, Madura dan Puri Kelodan.
Untuk menuju Karangasem sebagai destinasi kota pusaka, sudah dimulai dengan penataan pedestrian dan pertamanan di lingkungan Tenganan.
Persiapan lain adalah mempersiapkan infrastruktur dan renovasi bangunan di sejumlah desa kuno di Karangasem seperti di Bungaya, Timbra dan Asak.
Pembangunan fisik dan infrastruktur bangunan kuno didukung bantuan dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebesar Rp 5 miliar. Untuk tahun 2016 hingga 2018 kami fokus penataan Kota Amlapura untuk renovasi taman dan bangunan bersejarah. Bantuan dari kementerian yang sama dengan total nilai Rp 15 miliar.
Perhatian terhadap bangunan bersejarah dilakukan agar tetap terjaga dan lestari bagi generasi mendatang. Perhatian ini diharapkan bisa direalisasikan di semua destinasi di Karangasem agar ada pemerataan obyek wisata.
Desa wisata pun kami tonjolkan dengan mempertahankan keunikan masing-masing. Jadi ada aktivitas ‘ngirisin tuak’ yang nanti bisa dijadikan paket wisata untuk turis.
Keindahan desa wisata di Kabupaten Karangasem yang sudah dijadikan tempat kunjungan wisatawan adalah Desa Sibetan. Pada desa ini, wisatawan dapat menyusuri kebun salak dengan panorama keindahan Gunung Agung.
Wisatawan pun bisa turut mempelajari proses penanaman tanaman salak dan membudidayakan, cara memanen dan mengolah buah menjadi wine.
Desa wisata lain yang sering difavoritkan wisatawan jika berkunjung ke Karangasem adalah Desa Jasri.
Aktivitas masyarakat mencakup kegiatan memasak, membuat canang sari, atau trekking di lingkungan persawahan, menjadi atraksi wisata yang digemari pengunjung.
Selama ini pihaknya sudah memberi persyaratan masing-masing desa wisata untuk menyiapkan satu kamar dengan standar hotel sebagai tempat menginap bagi turis.
Nanti pihak desa adat yang menentukan di rumah penduduk siapa wisatawan nanti menginap. Jadi ada unsur pemerataan pemasukan bagi penduduk.
Tahun 2013 Kabupaten Karangasem mendapat penghargaan dari pusat untuk pengelolaan desa wisata Jasri.
Akan di siapkan desa-desa lain untuk dikemas jadi destinasi wisata. Dan bersyukur International Symposium for the Asia Heritage Network 2016 digelar di Karangasem, sekaligus untuk mengenalkan potensi kabupaten ini ke dunia internasional.