Kacang mede selain rasanya yang gurih ternyata omset usahanya juga segurih rasanya. Tak heran jika usaha pengolahan kacang mede ini meraup omset yang menggiurkan.
UH Mubarok salah satu produsen mete ternama di Kelurahan Lahundape, Kecamatan Kendari Barat, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara dalam sebulan bisa memproduksi sebanyak 1,7 ton kacang mete matang. Kacang Mede tersebut didatangkan dari Watulea, salah satu wilayah kelurahan administratif, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi Tenggara Berkilo-kilo kacang mede setiap hari dipilah, diolah, dan dimasak menjadi camilan gurih penggoyang lidah.
Cara menyortirnya terlihat mudah. Tapi sebenarnya perlu kehati-hatian dan ketelitian. Jika sudah pengalaman, tak sulit untuk membedakan kacang mete dalam tiga tingkatan mutu, yaitu kualitas super, biasa atau sedang, dan yang pecah. Adapun kacang mete yang busuk, disingkirkan. Untuk kacang mede yang kualitas super, kalau mentah bersih harganya Rp 95.000 per kilogram. Sedangkan jika sudah digoreng harganya menjadi Rp 130.000.
Meski proses produksi dari menyortir kacang mete mentah hingga menjadi kacang mete matang dilakukan di Lahundape, namun kacang mete gelondongan atau yang masih berkulit dibersihkan di Lombe.
Manajer UD Mubaraq, Muhaimin menuturkan, kacang mete gelondongan yang ada di gudang Lombe bisa bertahan sampai bertahun-tahun, asal kelembabannya dijaga.
Setiap sepekan sekali, bahan baku dari Lombe tersebut dikirim ke Lahundape untuk diolah.
Dalam sebulan UD Mubaraq bisa empat kali produksi. Dalam sekali produksi rata-rata 400.000 ton.
Dirintis oleh Laode Mane pada sekitar tahun 1986, UD Mubaraq kini memiliki 15 karyawan tetap, dan 10 karyawan paruh waktu, di mana kebanyakan masih berstatus mahasiswa.
Pada 2007, administrasi UD Mubaraq mulai ditata, dan menjadi sentra oleh-oleh di Kendari, seiring dengan makin tenarnya kacang mete.
Kini, setiap bulan UD Mubaraq bisa meraup omzet hingga Rp 200 juta.
Di hari-hari besar, Lebaran, atau ketika ada event nasional di Kendari, omzet UD Mubaraq bisa berlipat ganda menjadi Rp 400 juta dalam sebulan.
Namun sayangnya, saat ini mereka baru bisa mencukupi kebutuhan domestik. Kurangnya kapasitas produksi dan akses ke pasar mancanegara menjadi salah satu kendala ekspor. Selain itu baku semakin sulit didapat.
Semakin hari makin banyak pedagang dari India yang membeli langsung kacang mete gelondongan, yang menyebabkan pasokan untuk industri rumahan makin sulit.
Kacang mete, sama halnya jenis kacang-kacangan lain, menjadi bahan makanan pokok masyarakat India.
Tiap tahun, mereka membutuhkan sekitar satu juta ton kacang mete. Akan tetapi, produksi dalam negeri hanya mampu mencukupi separuhnya saja.
Sisanya, yang 500.000 ton itu mereka mencari dari negara-negara lain. Selain India, negara di kawasan seperti Filipina juga banyak mengambil kacang mete mentah dari Sulawesi Tenggara.
Dengan kondisi demikian, diharaharapkan pemerintah memiliki regulasi, agar industri pengolahan kacang mete di Kendari tidak kekurangan bahan baku.