Kampung Lawas Maspati Surabaya Jadi Kampung Wisata Sejarah

by
Kampung Lawas Maspati Surabaya Jadi Kampung Wisata Sejarah

Kampung Lawas Maspati, Surabaya, Jawa Timur, dijadikan kampung wisata yang menyajikan sejarah Surabaya zaman kolonial. Sejumlah bangunan bersejarah dipertahankan sebagai daya tarik utama. Kampung wisata ini terealisasi berkat usaha warga di kampung itu.

Peresmian Kampung Lawas Maspati sebagai kampung wisata digelar pada Minggu (24/1/2016), dihadiri Wali Kota Surabaya terpilih Tri Rismaharini dan Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum PT Pelabuhan Indonesia III Toto Heli Yanto. Kampung Lawas Maspati merupakan sasaran Program Bina Lingkungan dan Kemitraan PT Pelindo III.

Risma mendorong pengembangan wisata di Kampung Maspati sejak periode pertama kepemimpinannya. ”Destinasi wisata yang berbasis masyarakat ini akan terus dikembangkan dan diintegrasikan dengan destinasi wisata lainnya,” kata Risma.

Kampung Lawas Maspati memiliki sejumlah bangunan bersejarah yang masih utuh, seperti rumah bekas kediaman Raden Sumomiharjo (keturunan Keraton Solo yang menjadi mantri kesehatan di kampung itu) dan Sekolah Ongko Loro yang merupakan bekas Sekolah Rakyat, dan bangunan markas tentara yang dibangun pada 1907.

Di kampung itu juga ada makam pasangan suami istri Raden Karyo Sentono dan Mbah Buyut Suruh. Mereka adalah kakek dan nenek dari Joko Berek atau Sawunggaling yang merupakan pahlawan besar di Surabaya.

Ketua RW 008 Kampung Maspati Sabar Swastono mengatakan, warga mengemas paket wisata khusus untuk hari Sabtu dan Minggu.

Rombongan wisatawan yang berjumlah minimal 15 orang bisa membayar Rp 2 juta untuk paket kunjungan lengkap. Paket untuk perseorangan juga disediakan. Ada empat warga yang siap menjadi pemandu wisata.

Kegiatan warga

Selain melihat bangunan bersejarah, wisatawan dapat melihat kegiatan warga, seperti proses daur ulang sampah dan proses mengolah air limbah.

Wisatawan juga dapat belajar membuat produk unggulan di kampung itu, seperti membuat sirup markisa atau minuman cincau.

Warga membuat peta alur perjalanan wisata yang dimulai dari titik masuk dari Jalan Semarang dan keluar di Jalan Bubutan, dekat Monumen Tugu Pahlawan. Wisatawan dapat menyusuri gang-gang di kampung itu yang tidak dapat dilalui mobil.

”Salah satu alasan kami berusaha untuk membangun kampung wisata karena ada Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA),” kata Sabar.

Di tengah persaingan yang ketat ini, warga lebih baik menjual jasa pariwisata. Jika banyak tamu yang hadir, produk-produk buatan warga juga berpotensi laris. Namun, alasan yang utama adalah supaya bangunan bersejarah beserta kondisi kampung itu tetap terawat.

Kampung Lawas Maspati ini terdiri atas 6 rukun tetangga yang total dihuni 350 keluarga atau 1.350 jiwa. Menurut Sabar, sebanyak 20 persen warganya merupakan anak muda yang separuhnya butuh pekerjaan.

Selama ini, kata Sabar, sudah banyak tamu dari luar negeri yang datang ke Kampung Lawas Maspati seperti dari Belanda, Korea Selatan, dan Amerika Serikat.

Mereka biasanya tamu Pemerintah Kota Surabaya yang sedang berkegiatan di Surabaya. Tamu dari dalam negeri sebagian besar mahasiswa di Surabaya.

M Fikser dari Humas Pemkot Surabaya mengatakan, Kampung Lawas Maspati merupakan embrio untuk menggarap kampung-kampung wisata lainnya.

”Ada kampung-kampung lain yang bisa digarap, seperti Kampung Peneleh yang memiliki rumah kelahiran Proklamator RI Soekarno atau kampung di kawasan Tunjungan,” katanya.

Toto Heli Yanto mengatakan, PT Pelindo IIII mendukung penuh pengembangan kampung wisata ini karena dapat menjadi tujuan wisata bagi turis yang datang menggunakan kapal pesiar.

Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku, menganggarkan Rp 6 miliar untuk mengembangkan pariwisata di Pulau Kasa. Pulau seluas sekitar 53 hektar itu menyajikan sejumlah pesona, antara lain hamparan pasir putih, laut biru, serta tempat tinggal burung maleo.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *