Kunjungan wisatawan lokal ke Saung Angklung Udjo (SAU) setiap harinya mencapai 1.000 orang. Hal ini berbanding terbalik dengan kunjungan wisatawan manca negara.
“Kalau wisatawan asingnya sedikit,” ujar Direktur SAU, Taufik Hidayat Udjo di Bandung, Selasa (26/1/2016).
Berbicara soal masalah ini tidak lepas dari upaya Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk menarik wisatawan mancanegara tersebut ke Jawa Barat.
Menurut penuturan beberapa turis, mereka enggan datang ke Jawa Barat yang terbilang mahal. Misalnya, ketika objek wisata Tangkuban Parahu menaikkan harga tiket masuk dari Rp 150.000 menjadi Rp 300.000 tahun lalu.
Turis dan agen travel mengeluhkan kenaikan tiket masuk ini, karena tidak dibarengi dengan peningkatan pelayanan yang berarti.
Padahal banyak tempat wisata di Jabar sangat indah, misalnya Green Canyon di Pangandaran. Namun untuk menuju ke sana, infrastrukturnya sangat buruk. Sehingga menghabiskan waktu dan tentunya biaya yang tinggi.
Kondisi ini membuat Jawa Barat hanya dijadikan daerah perlintasan yang bisa disinggahi ataupun dilewati begitu saja oleh para turis.
“Untuk mendatangkan turis asing ke SAU, kami butuh teman. Kami butuh mitra. Tidak mungkin turis asing ke Jabar hanya untuk ke SAU, itu terlalu mahal,” tuturnya.
Walaupun diakuinya, ada beberapa turis yang sengaja datang ke Jabar hanya untuk melihat pertunjukkan di SAU.
Seperti turis dari Belanda yang sudah datang ke SAU sebanyak 11 kali, atau turis Australia yang pada 2015 lalu datang ke SAU untuk ke-22 kalinya.
“Tempat wisata Jabar harus dibenahi. SAU tidak bisa sendiri. Kalau nanti SAU tidak ada, tamu mau ke mana lagi?” ujar Taufik.
Selama ini yang terlihat berkembang cukup pesat adalah wisata lokal, seperti di Kota Bandung. Bandung memiliki banyak tempat wisata baru seperti floating market, farm house dan lainnya.