Industri rumahan kerajinan blangkon di Solo tumbuh pesat. Anggota Paguyuban Pengrajin Blangkon Solo, Ananta Karyana mengaku dalam dua tahun terakhir pemesanan pembuatan blangkon makin sering didapat.
Bahkan kata dia para pengrajin saat ini lebih sering melayani pesanan dari pada memroduksi untuk di jual sendiri ke pasar. Apalagi sekarang digalakannya pengenalan budaya dan pariwisata oleh pemerintah. Malah sekarang produksinya (untuk dijual sendiri ke pasar) lebih sedikit dari pada pesanannya.
Terdapat 23 pengrajin blangkon di Serengan. Rata-rata tiap pengrajin memiliki karyawan tujuh hingga 10 orang. Setiap hari mereka rata-rata bisa menyelesaikan blangkon pesanan sebanyak 10 hingga 15 buah.
Dalam satu bulan, tiap pengrajin blangkon setidaknya bisa meraup laba bersih hingga Rp 6 juta. Memang hasilnya tidak sama tiap bulannya, tapi jika dirata-rata jadi lebih besar dari pekerja kantoran, apalagi kalau karyawannya rajin, karena hitungannya per buah dalam pembuatannya.
Pemasaranya saat ini bahkan bukan sebatas di Jawa, Sumatra, dan Kalimantan saja. Melainkan telah merambah kawasan Asia seperti Singapura dan Thailand.
Pengrajin pun optimistis dengan dorongan pemerintah, industri rumahan kerajinan blangkon dapat terus tumbuh dan berkembang hingga kawasan Eropa. Beberapa waktu lalu pernah ada pesanan dari Belanda meskipun sekarang sudah tidak ada lagi. Saat ini hanya terbatas di wilayah Asia saja, karena ada beberapa sekolah yang mengajarkan siswa untuk belajar budaya Jawa.