Pemerintah Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, berkomitmen untuk menjadikan kawasan hutan mangrove sebagai kawasan wisata berbasis lingkungan (ekowisata) yang menarik minat wisatawan lokal maupun mancanegara.
Pasalnya, wilayah Kubu Raya memiliki hutan mangrove yang diklaim sebagai yang terbaik se-Asia Tenggara.
Definisi ‘terbaik’ tersebut karena dari 60 lebih jenis mangrove yang ada di Indonesia, 40 jenis di antaranya bisa ditemukan di Kabupaten Kubu Raya, diantaranya di Kecamatan Kubu dan Kecamatan Batu Ampar.
Tentu ini menjadi potensi yang bagus untuk di tawarkan kepada wisatawan. Selain itu, lokasinya pun sangat strategis dan mudah ditempuh. Hanya membutuhkan waktu satu jam dari Bandara Internasional Supadio, Pontianak. Namun, pihak pemerintah kabupaten tak bisa bekerja sendiri dalam menjalankan program tersebut.
Saat ini, sejumlah pihak berkolaborasi melakukan sosialisasi program peningkatan produksi, restorasi, konservasi mangrove dan gambut berbasis lansekap di Kubu Raya. Upaya yang sudah dilakukan sejak 2015 ini bertujuan menyampaikan informasi yang utuh kepada Pemerintah Kabupaten Kubu Raya dan Provinsi Kalimantan Barat.
Pengembangan potensi Sumber Daya Alam (SDA) di Lansekap Kubu melalui Program Peningkatan Produksi, Restorasi dan Konservasi Mangrove dan Gambut sudah dilakukan oleh WWF Indonesia.
Program ini bekerja sama dengan sejumlah perusahaan, di antaranya PT Kandelia Alam, PT Bina Silva, dan PT Ekosistem Khatulistiwa Lestari, dengan dukungan IDH The Sustainable Trade Initiative yang berasal dari Belanda.
Mengingat program kerja sama ini baru dimulai, sehingga langkah awal yang diperlukan bagi WWF bersama perusahaan mitranya adalah melakukan sosialisasi program. Melalui sosialisasi ini pula diharapkan bisa mendapatkan dukungan positif dari pemerintah kabupaten, termasuk pemerintah provinsi, dan masyarakat.
Apa yang dihasilkan dari program tersebut diharapkan bisa mendukung dan memberikan dampak positif bagi program pembangunan pemerintah kabupaten.
Termasuk bagi kelestarian sumber daya alam dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kerja sama para pihak ini, dilakukan demi menjamin kelestarian SDA yang ada di Lansekap Kubu, yang memiliki ekosistem unik di daerah pesisir, serta memiliki peranan penting untuk lingkungan.
Kawasan hutan mangrove di wilayah ini memiliki fungsi untuk menahan abrasi air dan angin yang menjamin kelangsungan kehidupan masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir, selain itu juga memiliki nilai ekonomi bagi masyarakat.
Pawan-Kubu Landscape Leader, WWF-Indonesia Program Kalimantan Barat, Ian M. Hilman mengatakan, hasil pengamatan WWF di Lansekap Kubu, setidaknya ditemukan kawasan yang memiliki Nilai Konservasi Tinggi (NKT).
Ada hutan mangrove dengan komposisi jenis yang cukup banyak. Setidaknya ada 40 jenis mangrove termasuk Candelia candel, habitat bekantan, habitat pesut, dan baru teridentifikasi ada 60 jenis burung.
Upaya kolaboratif pengelolaan berbasis konservasi merupakan hal yang perlu dikedepankan di Lansekap Kubu, mengingat pemerintah sudah menerbitkan izin-izin usaha bagi berbagai jenis usaha seperti IUPHHK-HA (HPH), IUPHHK-HT (HTI), IUPHHK-Restorasi Ekosistem (RE), sawit dan tambang.
Sehingga, untuk menjamin keseimbangan antara fungsi produksi dan konservasi di Lansekap Kubu, perusahaan swasta menjadi salah satu aktor kunci. Namun, yang tak kalah penting juga adalah dukungan masyarakat yang ada di dalam dan di sekitar Lansekap Kubu.
Sangat penting upaya kolaboratif para pihak dalam pengelolaan kawasan mangrove berbasis konservasi di Kabupaten Kubu Raya ini.
Tujuan-tujuan produktif konsesi tetap diselaraskan dengan kepentingan konservasi seperti program restorasi mangrove dan perlindungan satwa liar serta peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan konsesi.
Program peningkatan produksi, restorasi dan konservasi mangrove dan gambut ini dilakukan sebagai upaya bersama untuk menjamin kelestarian ekosistem beserta fungsinya dan SDA yang ada di Kubu Raya.