Museum Radya Pustaka Terancam Ditutup

by
Museum Radya Pustaka Terancam Ditutup

Museum Radya Pustaka menjadi tertua di Indonesia yang berdiri 28 Oktober 1890 nasibnya kini diujung tanduk.

Pasalnya dana hibah yang menjadi ‘jantung’ operasional musium tak kunjung cair. Imbas molornya pencairan dana hibah aktivitas Museum Radya Pustaka sempat tertutup karena pegawainya banyak yang tidak masuk. Karyawan Radya Pustaka 4 bulan tak digaji.

Sejak bulan Januari dana hibah dari Pemerintah Kota Solo belum cair. Padahal pengelola harus membiayai gaji karyawan Museum Radya Pustaka yang jumlahnya 8 orang, 4 anggota komite juga biaya operasional lain seperti listrik, perawatan barang koleksi dan masih banyak lagi dan itu didapatkan dari dana hibah Pemkot Solo.

Alasannya terbentur dengan UU No 23 tahun 2014 terkait penerima dana hibah yang harus berbadan. Padahal selama ini Musium Radya Pustakan belum memiliki Badan Hukum.

Dana hibah menjadi salah satu sumber dana bagi kelangsungan operasional musium. Jumlahnya hanya Rp300 juta per tahun. Jelas saja dana tersebut tidak mencukupi, dalam sebulan pengunjung museum berkisar 800 orang. Jika dikalikan tiket masuk per orangnya Rp5 ribu, pendapatan per bulan hanya Rp4 juta.

Bahkan hasil penjualan tiket untuk membayar listrik masih kurang. Sedangkan AC nyala 24 jam untuk melindungi koleksi kuno.

Sementara itu masalah yang kini sedang membelit museum Radyapustaka yang terancam tutup mendapat perhatian khusus dari anggota DPR-RI Komisi X, Rinto Subekti.

Menurutnya prihatin dengan kondisi museum Radya Pustaka yang kabarnya terbelit masalah biaya operasional.

Pihaknya akan mengkaji permasalahan tersebut dan berupaya agar pemerintah kota, propinsi maupun pusat harus bisa memberi dana anggaran untuk operasional pariwisata.

Sesuai dengan UU No 11/2010 pasal 98 yang berisi bahwa pemerintah pusat, provinsi dan kota wajib memelihara dan melestarikan benda cagar budaya yang ada di wilayahnya.

Namun masalah pengelolaan museum harus diubah. Harus ada inovasi agar bisa menarik minat pengunjung. Selama ini memang minat masyarakat untuk berkunjung ke museum sangat rendah.

Rinto menyampaikan pihaknya akan berusaha berkomunikasi dengan Menteri terkait keberadaan museum Rady Pustaka yang kekurangan dana operasional.

Terpisah, BRM kusumo putro SH MH dari Dewan Pemerhati dan Penyelamat Seni Budaya Indonesia (DPPSBI) juga miris dengan kondisi tutupnya musium Radya Pustaka karena terhentinya dana hibah dari Pemkot Solo.

Kusumo menyarankan pihak komite dan pengelola Radya Pustaka harus mencari sumber dana lain seperti contohnya membuat acar Festival Musium Nusantara di halaman museum. Sehingga bisa lebih memberikan kontribusi pendapatan bagi musium dan bisa dijadikan ajang promosi untuk meningkatkan jumlah pengunjung.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *