Minimnya kesempatan kerja bagi para penyandang disabilitas disebabkan persepsi kebanyakan orang yang berpikir, jika penyandang disabilitas tak dapat bekerja secara optimal.
Namun, sebenarnya para pekerja disabilitas justru memiliki kemampuan kerja yang baik.
Uniqlo, misalnya, retail busana yang mempekerjakan satu penyandang disabilitas tuna grahita di tiap satu gerai,
Menuru Karulia, HR Officer Uniqlo Indonesia, mengatakan, jika pekerja disabilitas punya etos kerja dan kemampuan yang lebih baik dari pekerja biasa.
Stamina tubuh, disiplin waktu, dan kerapihan kerja, jadi tentu saja pekerja disabilitas bisa lebih unggul.
Maklum jika selama ini banyak masyarakat yang berpikir bahwa penyandang tuna grahita tak dapat bekerja dengan baik. Mungkin karena belum tahu. Sebenarnya mereka dapat bekerja dengan batas-batas sesuai kemampuan mereka, karena tiap orang disabilitasnya berbeda.
Untuk mengajarkan penyandang disabilitas, khususnya tuna grahita menjadi pekerja yang mandiri dan mumpuni bukanlah hal yang mustahil, ada hal utama yang diperlukan untuk mengajarkan penyandang tuna grahita.
Kesabaran, karena tidak cukup sekali mengajarkan mereka, perlu berkali-kali. Selain sabar juga perlu pengertian, mengerti apa maksud keinginan mereka. Itu yang juga diperlukan oleh rekan dan pemimpin kerja mereka.
Selain itu, SOIna mengajarkan, para penyandang disabilitas untuk menjadi atlet juga memberi bekal pelatihan agar atlet dapat menciptakan pribadi yang mandiri dan memiliki jiwa kepemimpinan agar dapat berbaur dengan baik di masyarakat.
Sayang, Natasya mengatakan para atlet SOIna kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan di kehidupan nyata.
“Agak susah mencari pekerjaan karena dari masyarakat pandangannya masih berpikir anak-anak (disabilitas) tak dapat berbuat apa-apa,” ungkap Natasya